Jumat, 19 Juni 2009

Narkoba dalam Sejarah Dunia

BARU-BARU ini terungkap sejumlah kasus penyalahgunaan narkoba, dari penggunaan di kalangan artis sampai ditangkapnya bandar besar di Jakarta. Polisi juga sedang melacak adanya sindikat internasional yang bermain di Indonesia. Sejak 2005, Indonesia sudah termasuk negara yang memainkan peranan penting dalam peredaran narkoba di dunia (khususnya sabu) selain China dan Amerika Serikat (BNN, 2007). Beberapa waktu lalu, di daerah Serang pernah ditemukan pabrik ekstasi terbesar di Asia Tenggara. Kemudian diikuti dengan penemuan pabrik sabu di Batam. Ibu Ani Yudhoyono (2007) mengatakan bahwa Indonesia saat ini sudah menempati posisi tidak lagi sebagai konsumen narkoba tetapi sudah menjadi negara produsen. Predikat Indonesia sebagai penghasil utama narkoba, khususnya jenis ekstasi, jelas sangat memalukan. Negara ini adalah negara beradab. Negara yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Negara ini adalah negara hukum, standar benar atau salahnya jelas. Yang salah dan melanggar hukum jelas harus mendapat ganjaran setimpal. Namun masalahnya tidaklah semudah itu. Sejarah perdagangan narkoba sejak zaman kolonial sampai saat ini menunjukkan sejumlah hal yang patut dijadikan pelajaran. Fakta sejarah adalah informasi edukatif. Dengan mengenal sejarah, para penentu kebijakan, praktisi, dan masyarakat luas seharusnya dapat belajar banyak, setidaknya tidak mengulang kesalahan masa lalu. Tapi bagaimana kita dapat belajar jika kita tidak pernah mendengar, misalnya tentang keberadaan opium legal di tanah Jawa sejak zaman Belanda, jika tidak ada yang menyampaikan? Geopium Sejarah mencatat bahwa masuknya bangsa Eropa ke Asia bukan untuk tujuan politik semata, tapi juga untuk kepentingan ekonomi. Demi kemakmuran dan kemajuan peradaban bangsa Eropa, mereka tidak segan untuk memerah hasil bumi Asia. Berbagai armada perdagangan Eropa dengan sangat agresif masuk bersama penjajah, memperdagangkan rempah-rempah untuk dibawa ke Eropa. Misalnya Belanda membonceng VOC di Indonesia; Inggris melalui East India Company (EIC) berjaya di kawasan Semenanjung Malaka, India, dan China; serta Prancis di Indochina. Akan tetapi, kita akan sangat naif jika berpikir bahwa perdagangan rempah-rempah ini hanya terbatas pada tukar-menukar hasil bumi biasa (seperti teh, gula, pala, lada dan lainnya) dengan apa yang ditawarkan penjajah (perak, sutra, kapas, bahkan senjata). Opium ternyata pernah menjadi salah satu alat perdagangan di masa tersebut. Dalam mengolonialisasi Asia, bangsa Eropa pernah menggunakan opium untuk kepentingan politik dan perdagangan di Asia, baik sebagai komoditas maupun sebagai senjata ampuh pembodohan massal. Inilah politik 'geopium' yang dimainkan negara penjajah di Asia. Opium: instrumen geopolitik Dalam tatanan politik ekonomi dunia, perdagangan opium terbukti sebagai instrumen geopolitik yang andal. Menurut beberapa ekonom sejarah, sebagian besar dari 'perdagangan' ini secara sengaja membawa opium masuk ke negara-negara di Asia. Penjajah menggunakan keuntungan dari perdagangan opium untuk membayar hasil bumi, tapi sering kali opium itu sendiri menjadi alat pembayaran atau alat barter yang menyebabkan penguasa dan rakyat negara tujuan terbuai.
Sejarah mencatat bagaimana perdagangan opium dipakai bangsa Eropa untuk memanipulasi politik dalam negeri negara-negara di Asia. Kekacauan politik yang terjadi pada sejarah, khususnya di Asia, pada titik tertentu banyak difasilitasi oleh perdagangan opium. Perang Candu (1839-1842 dan 1956-1960) merupakan contoh klasik sejarah yang membawa ketegangan terhadap hubungan politik Inggris-China. Hong Kong pun menjadi pusat heroin Asia. Masuknya pengaruh negara Barat dalam masa Restorasi Meiji di Jepang (yang menjadi katalisator dimulainya era industrialisasi di Jepang dan terbukanya pasar Jepang bagi perdagangan dunia) disebabkan oleh adanya perebutan kekuasaan atas opium. Beberapa perang di Indochina melawan kolonial Prancis dan Amerika sangat diwarnai oleh penguasaan atas ladang dan produksi opium di kawasan itu. Bahkan, karena perdagangan opium selalu melibatkan elite politik, sering kali perdagangan narkotik disinyalir berjalan bersamaan dengan perdagangan senjata, seperti yang terjadi di China, di Segitiga Emas dan mungkin juga di Aceh selama ini. Walaupun hubungan geopium dengan narcoterrorism--istilah yang sering disebut-sebut belakangan ini sebagai salah satu penyebab maraknya terorisme dunia--masih perlu dipelajari lebih jauh. Akan tetapi ada kesamaan dari tujuannya untuk menghancurkan sebuah bangsa, ideologi, bahkan peradaban (norma, nilai, budaya) yang seharusnya tidak dianggap enteng. Perang Candu I Salah satu tokoh yang kerap dikaitkan dengan terjadinya perang candu dan perdagangan opium dunia adalah William Jardine. Ia lahir pada 1784 di dekat sebuah ladang Dumfriesshire, Skotlandia. Lulus dari fakultas kedokteran di University of Edinburg dan menerima gelar ahli bedah dari The Royal College of Surgeons of Edinburg pada 1802. Pada tahun yang sama, Jardine melamar untuk bekerja sebagai dokter kapal perdagangan milik kerajaan Inggris, East India Company (EIC). Dari sana ia memulai perjalanannya ke Asia. Ketertarikan Jardine terhadap dunia perdagangan jauh lebih besar daripada keinginannya untuk berpraktik dokter. Jardine kemudian meninggalkan tugas kapal dan bergabung dengan beberapa perusahaan produsen opium di India dan melemparnya ke pasar China. Terbuai keuntungan besar, armada perdagangan Inggris membawa sebagian besar opium yang diproduksi di India untuk dipasarkan di Guangdong, China, yang dibarter dengan teh dan sutra yang diekspor ke Inggris. Opium menjadi 'mata uang' Inggris yang dipakai untuk membayar pembelian teh dan sutra. Jardine kemudian bermitra dengan James Matheson di pertengahan 1820-an. Kelihaian dan kepiawaian berdagang membawa mereka menjadi pemasok opium terbesar di China dan menjadi taipan konglomerasi di zaman itu. Dalam konteks kini, kedudukan Jardine-Matheson itu kira-kira setara dengan bos sindikat narkoba Asia-Eropa. Opium sendiri di masa itu adalah salah satu komoditas perdagangan. Komoditas ini jauh lebih menarik daripada rempah-rempah biasa lainnya (seperti teh, kopi, lada atau garam) setidaknya karena dua hal: loyalitas (kecanduan) konsumen tinggi dan margin keuntungan yang tinggi. Perdagangan opium menjadi tiket geopolitik Inggris, bahkan seorang Ratu Victoria tergoda untuk menyokong pelebaran kekuasaan Inggris di Asia melalui perdagangan opium. Bisnis opium dengan cepat berkembang pesat ketika Jardine dan Matheson berhasil melobi pemerintah Inggris untuk menghentikan monopoli perdagangan EIC di Asia. Akibatnya, perdagangan opium di China meningkat tajam dari sekitar 4.000 peti (1 peti = 72 kg) di tahun 1821 mencapai 98.000 peti (sekitar 1,44 juta ton) di tahun 1870-an. Jika dihitung berdasarkan perkiraan harga opium hari ini, nilai perdagangan tersebut kira-kira mencapai Rp4.234 triliun atau setara dengan tiga kali APBN Indonesia 2008. Mungkin beberapa dari Anda mengasosiasikan William Jardine dengan Jardine-Fleming salah satu perusahaan keuangan terbesar di Asia yang setelah krisis ekonomi 1997 bermerger dengan Chase Manhattan kemudian JP Morgan. Atau, grup Jardine-Matheson yang hingga kini adalah salah satu konglomerasi terbesar di dunia yang memiliki pasar sangat kuat di Asia--pemegang mayoritas saham Astra kini. Mungkin Anda akan lebih kaget jika hal ini memang benar adanya. Saya tak habis pikir bagaimana mungkin sebuah perusahaan 'baik-baik' mempunyai sejarah campur tangan dengan perdagangan opium dunia, apalagi sebagai 'arsitek' perang candu? Bagaimana mungkin sebuah perusahaan dengan track record sebagai 'bandar opium' kemudian mendapat legitimasi di dunia bisnis saat ini? Mungkin inilah dunia kita yang sesungguhnya. Amnesia politik lumrah terjadi di saat ada insentif ekonomi yang memadai. Jangan-jangan masih banyak lagi perusahaan 'baik-baik' yang punya masa lalu kelam. Beberapa ahli sejarah melabel kerajaan Inggris sebagai bandar narkoba terbesar yang menyebabkan jutaan penduduk Guangzho kecanduan. Saat itu diperkirakan ada sekitar empat sampai dua belas juta pecandu kronis. Oleh karena itu, seorang ahli sejarah perang bernama John K Fairbank pernah mengatakan bahwa perdagangan opium Inggris adalah sebuah 'tindakan kriminal internasional terbesar dalam sejarah modern ini'. Mengenai alasan Inggris mengobarkan perang candu terhadap dinasti Qing saat itu masih menjadi perdebatan seru di antara para sejarawan dan ahli ekonomi sejarah. Beberapa cendekiawan sejarah seperti Benjamin Cassan percaya akan peran penting Jardine dalam 'mengompori' Inggris untuk memulai perang candu setelah sakit hati karena 20.000 peti (sekitar 300 ton) opiumnya disita dan ditenggelamkan oleh Komisaris Imperial bernama Lin Zexu. Hal ini konon menyebabkan Jardine merugi sekitar Rp864 triliun (nilai sekarang) yang jelas berdampak pada ekonomi Inggris dan yang pasti, terhadap ego pemerintah Inggris. Kejadian ini sampai disebut membawa 'nista terhadap Mahkota Inggris'. Tiga kenyataan Sementara itu, sejarawan yang lain tidak yakin jika Jardine memiliki cukup pengaruh untuk memengaruhi parlemen Inggris untuk memulai perang dengan China. Mereka lebih meyakini kalau pemerintah Inggris memang merasa perlu mengobarkan perang atas nama kehormatan semata. Sebuah kehormatan yang dilanggar pemerintah China ketika utusan perdagangan Inggris, Lord William Napier, tidak diberi kesempatan bernegosiasi atas keluarnya perintah resmi Kaisar untuk melarang perdagangan dan penggunaan opium dengan menutup pintu terhadap impor Inggris. Bukan saja tidak diterima, Napier diusir dari Guangdong dengan tidak hormat. Krisis hubungan Inggris-China segera meruncing setelah kejadian itu.
Akan tetapi, apa pun yang terjadi sebenarnya, tidak ada yang bisa memungkiri tiga kenyataan sejarah. Pertama, Perang Candu terjadi tidak lama setelah Jardine kembali ke Inggris untuk melakukan lobi-lobi politik dan media untuk mengampanyekan betapa pentingnya China bagi ekonomi Inggris; pasar di China harus diperluas dan beberapa regulasi terhadap impor opium yang menghambat laju ekonomi harus diganti. Kedua, ditemukannya berbagai catatan yang ditulis Jardine tentang strategi menaklukkan China. Konsep ini yang kemudian dilaksanakan armada perang Inggris. Catatan mastermind ini diberikan Jardine kepada Lord Palmerson, tokoh sentral pemerintah Inggris saat itu. Tiga, isi Perjanjian Nanking (yang mengakhiri Perang Candu Pertama) ternyata telah dikonsep sebelumnya oleh Jardine dalam sebuah dokumen, tiga tahun sebelum ditandatangani. Pasca-Perang Candu I China menyerah kalah dalam Perang Candu I. Kekalahan ini disinyalir disebabkan candu yang merasuki prajurit China sehingga dapat dikalahkan secara telak dan mudah oleh Inggris. Dua puluh ribu pasukan China gugur dalam perang ini, sedangkan korban di pihak Inggris hanya lima ratus orang. Ironisnya, mereka gugur memperjuangkan hukum bagi tanah airnya sendiri; hukum yang memungkinkan mereka untuk merdeka dari kecanduan opium. Sejarah pun menyaksikan betapa China lebih dipermalukan lagi ketika Perjanjian Nanking terpaksa ditandatangani Kaisar: Inggris memperoleh konsesi atas Hong Kong selama 100 tahun. China juga diwajibkan membayar penuh biaya perang yang dikeluarkan Inggris dan mengganti opium Jardine yang pernah dimusnahkan. Selain itu, China wajib membuka beberapa pelabuhan tertentu lainnya (termasuk Shanghai, Ningpo, Amoy, dan Foochow - tepat seperti apa yang ada di dalam dokumen Jardine kepada Palmerson!) untuk perdagangan asing. Perjanjian Nanking sungguh tidak memberi ampun bagi China. Perjanjian itu menjadi momentum penting dalam sejarah China dan mengakibatkan tergulingnya Dinasti Qing yang diikuti masuknya paham komunisme ke China. Kejeniusan Jardine menjadi dalang perang memang perlu diacungi jempol. Jardine sangat sukses memainkan ego 'kehormatan mahkota Inggris' untuk membela kepentingan bisnis candunya di China. Kita bisa lihat di sini bahwa kepentingan ekonomi dapat memainkan peranan sangat penting dalam bisnis narkoba. Bukan tidak mungkin pada saat ini muncul Jardine-jardine baru yang memiliki kejeniusan lebih baik untuk mempertahankan kepentingan bisnis narkobanya di berbagai negara. Lalu bagaimana sejarah perdagangan narkoba Indonesia di masa lalu? Kebijakan opium di Jawa era 1875-1904 Van Luijk dan Van Ours, dua peneliti ekonomi sejarah dari Belanda, menulis sebuah artikel tentang sejarah masuknya opium dan konsumsi opium di Jawa yang diterbitkan dalam Journal of Economic History, Cambridge Press. Mereka menemukan ada dua model perdagangan opium setelah VOC gagal mempertahankan perdagangan opium pascakekalahan Belanda dalam perang dengan Inggris serta kehilangan hak untuk membawa opium dari India (1795). Model pertama dikenal dengan istilah perdagangan menggunakan sistem revenue farming di periode pertama (1806-1890). Pada model ini, hak impor dan distribusi opium dibuka untuk umum. Amerika dan Inggris menjadi pemain besar dalam mengimpor opium ke Jawa. Pada 1827, Netherland Trading Company (NTC) didirikan dan memegang hak eksklusif impor dan memberikan hak retail ke subkontraktor/pihak swasta (disebut farmers) untuk mengubah opium mentah menjadi opium isap dan menjualnya ke pasar retail. Pada periode kedua (1890an-1904), model perdagangan menggunakan sistem opium regie. Pada sistem ini perdagangan opium kembali dikendalikan dan dimonopoli Belanda. Jelas, Belanda merasa dirugikan oleh kehadiran Inggris atau Amerika yang mengganggu serta mengurangi jatah keuntungan NTC. Dengan dalih berkepentingan untuk mengendalikan pasar dan 'menekan' penggunaan opium rakyat serta dampak buruk opium terhadap kesehatan, opium regie diberlakukan. Di zaman itu jumlah penjualan opium mencapai 30-60.000 kilogram per tahun. Ini kira-kira setara dengan Rp36-72 triliun saat ini. Jumlah sebesar ini dapat membuat niat baik apa pun sirna. Sejauh ini belum saya dapati catatan sejarah yang merekam keberhasilan Belanda dalam menekan jumlah pengguna dan mengurangi dampak buruk kesehatan pencandu pada waktu itu. Pelajaran apakah yang dapat kita serap dari cerita di atas? Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Apa pun sistem perdagangan yang digunakan, sejarah menunjukkan bahwa di Pulau Jawa pernah berlaku kebijakan untuk melegalkan penggunaan opium. Isu ini agak mirip dengan adanya imbauan untuk melegalisasi beberapa jenis narkoba saat ini. Ada dua kesamaan yang terjadi di dalam dua periode perdagangan tersebut. Apa pun dan bagaimanapun, Belanda berusaha mengendalikan pasar opium--baik diperdagangkan bebas pada periode revenue farming maupun dimonopoli Belanda pada periode opium regie--pasar gelap dan penyelundupan opium selalu terjadi. Kesamaan yang lain, seperti yang diakui Van Luijk dan Van Ours, konsumsi opium meningkat tajam karena pasar gelap menghantam harga resmi yang ditetapkan Belanda. Rasionalnya sederhana: barang banjir -> harga turun -> pasar meluas -> dan sejarah mencatat, jumlah pengguna opium bertambah. Pada kedua periode itu, Belanda selalu sibuk untuk mengendalikan pasar legal dan ilegal secara bersamaan. Penggunaan mata-mata untuk membendung penyelundupan tidak berhasil. Akibat praktik budaya korup yang mengakar, mata-mata Belanda selalu mudah 'dibeli' para penyelundup. Pasar ilegal pun berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan menjamurnya kedai opium ilegal yang jumlahnya tiga belas kali lebih banyak daripada jumlah kedai opium legal. Kedai opium ini ada hampir di 15 distrik di Pulau Jawa yang mencakup lebih dari 20 kota yang membentang dari Banten sampai Surabaya dan Madura. Tren total perdagangan opium menurut pengamatan Van Luijk dan Van Ours sebenarnya turun sejak sistem opium regie diperkenalkan. Tidak jelas apakah ini terjadi sebagai akibat monopoli Belanda yang membuat barang sulit didapat atau karena merajalelanya pasar gelap sehingga perdagangan resmi opium tidak menarik bagi pembeli. Sampai saat ini, saya belum menemukan penelitian yang memperkirakan besarnya peredaran opium ilegal sebagai akibat penyelundupan atau bocornya kendali pemerintah. Mungkin jika penelitian seperti ini ditemukan, kita dapat mempelajari lebih dalam dampak kebijakan perdagangan legal opium dalam konteks pengendalian perdagangan/peredaran pasar ilegal yang akan tetap terjadi. Belajar dari sejarah: Mengapa tidak? Dengan mempelajari sejarah narkoba (baik di dunia maupun di Indonesia), ada beberapa hal yang bisa kita pelajari. Pertama-tama kita harus sadar betul bahwa di balik perdagangan narkoba bisa terdapat berbagai kepentingan politik maupun ekonomi. Narkoba bisa menjadi alat yang ampuh untuk mencapai kepentingan tertentu. Pelajaran lain adalah bahwa legalisasi narkoba menurut sejarah tidak menyelesaikan masalah. Sejarah membuktikan bahwa meskipun narkoba dilegalisasi, keberadaan pasar gelap selalu muncul. Hal ini berakibat pada sulitnya melakukan kontrol terhadap peredaran narkoba itu sendiri. Sejarah juga memperlihatkan bahwa legalisasi yang diikuti dengan munculnya pasar gelap narkoba, justru akan meningkatkan jumlah pengguna narkoba karena persediaan yang banyak dengan harga yang murah. Sampai di sini istilah JASMERAH (JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH) yang pernah disampaikan Bung Karno benar adanya. Bangsa ini perlu belajar dari sejarah yang telah terjadi jika tidak ingin mengulangi kesalahan masa lalu pada masa kini atau mendatang. Kini, beberapa sentimen liberal bernapas harm reduction dari Belanda sibuk berteriak mengenai pentingnya melegalisasi perdagangan narkoba yang (katanya) akan menghasilkan berbagai 'kebaikan' - a much greater good seperti yang dikutip oleh pembuat kebijakan narkoba Belanda. Menurut mereka, 'kebaikan' ini mencakup kebaikan dalam konteks kesehatan masyarakat ketika epidemi HIV dapat dikendalikan. Kebaikan dalam konteks ekonomi, saat perdagangan narkoba legal akan menghasilkan cukai besar untuk negara. Dalam konteks hukum, legalisasi memudahkan pengendalian terhadap peredaran/produksi/kualitas narkoba yang beredar sekaligus menekan tingkat kriminalitas ketika mafia narkoba berubah menjadi pebisnis resmi. Kebaikan dalam konteks kemerdekaan individu dalam menggunakan hak asasinya untuk bebas menggunakan narkoba tanpa takut ditangkap. Apa 'kebaikan-kebaikan' yang seperti ini yang sejati? Apa ini yang cocok untuk konteks Indonesia? Di tengah rendahnya tingkat pendidikan (menurut UNESCO, peringkat Indonesia lengser dari urutan 58 ke urutan 62 dunia), lemahnya hukum, penegakan hukum dan komitmen aparat serta posisi geostrategis Indonesia yang terhampar di antara Asia dan Pasifik, serta bentuk negara kepulauan seperti kita, 'kebaikan-kebaikan' ini mungkin tidak mudah untuk diwujudkan. Lagi pula, tidak ada yang tidak menjamin bahwa legalisasi tidak akan memunculkan perdagangan black market narkoba yang diselundupkan aktor tertentu yang selalu muncul dalam sejarah, seperti sejarah opium di Jawa. Tidak ada pula yang bisa menjamin bahwa tingkat penularan HIV akan turun karena kini penularan di kalangan heteroseksual yang berperilaku seksual tidak aman merupakan faktor penyumbang terbesar kedua (yaitu 42%, menyusul kenaikan tajam dari 22% pada 2004) setelah penularan lewat jarum suntik di kalangan IDU di peringkat pertama (49,5%). Kita semua tahu, walau jarang mau mengakui secara jujur bahwa perilaku seksual tidak aman itu sangat sulit untuk diedukasi dan sangat sulit untuk dibendung jika tidak disertai dengan pertobatan, pembaharuan hati dan budi. Mari membangun sebuah kebijakan baru yang menunjukkan bahwa kita memang belajar dari sejarah masa lalu. Jika dulu opium, mungkin sekarang ekstasi. Entah apa yang akan digunakan 10 tahun mendatang, namun yang pasti kepentingannya tetap sama: politik atau ekonomi. http://www.mediaindonesia.com/

[+/-] Show Full Post...

Kamis, 18 Juni 2009

Sejarah Awal Narkoba

Kurang lebih th. 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga opion atau kemudian dikenal opium (candu = papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran selanjutnya adalah ke arah India,Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya.

Cina kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini (dimungkinkan karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad ke XVII masalah candu ini bagi Cina telah menjadi masalah nasional; bahkan di abad XIX terjadi perangcandu dimana akhirnya Cina ditaklukan Inggris dengan harus merelakan Hong Kong.

Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelim sertuner menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal sebagai Morphin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama Morphius).

Tahun 1856 waktu pecah perang saudara di A.S. Morphin ini sangat populer dipergunakan untuk penghilang rasa sakit luka-luka perang sebahagian tahanan-tahanan tersebut "ketagihan" disebut sebagai "penyakit tentara"

Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London, merebus cairan morphin dengan asam anhidrat (cairan asam yang ada pada sejenis jamur) Campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada anjing yaitu: anjing tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-muntah. Namun tahun 1898 pabrik obat "Bayer" memproduksi obat tersebut dengannama Heroin, sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer).

Tahun 60-an - 70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah "Golden Triangle" yaitu Myanmar, Thailand & Laos. Dengan produksi: 700 ribu ton setiap tahun. Juga pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan, Iran dan Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika danAmerika.

Selain morphin & heroin adalagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca) berasal dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya digunakan untuk penyembuhan Asma dan TBC.

Di akhir tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia semakin meningkat serta tekhnologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar candu tersebut dapat juga dalam bentuk obat-obatan.

http://infonarkoba.blogspot.com/

[+/-] Show Full Post...

Narkoba di Tengah Artis Idola

Aktor kawakan Roy Marten, yang pernah membintangi film ‘Roda-roda Gila’ ini memang tengah apes. Polisi memergokinya ketika pria kelahiran 1 Maret 1952 bernama asli Wicaksono Abdul Salam ini tengah nyabu (istilah beken jika tengah menikmati shabu-shabu). Selain tertangkap telah menikmati narkotika jenis psikotropika itu, polisi juga menemukan barang bukti berupa 2 gram shabu-shabu di lokasi kejadian. Roy Marten ditangkap Kamis (2/2) di daerah Ulujami, Jakarta Selatan. (http://waspada.co.id, 03/02/06)

Kasus selebriti yang pake narkoba emang bukan yang pertama terjadi di negeri kita. Sebelum Roy Marten, sejumlah seleb pemakai narkoba yang ketangkep aparat terus kudu nginep di LP terekam rapi oleh media massa. Ada komedian Sudarmaji alias Doyok, Polo yang udah dua kali masuk bui, Ibrahim Azhari alias Ibra Azhari (adik kandung Ayu Azhari) atau Derri ‘4 sekawan’. Di kalangan seleb cewek ada Zarima sang ‘ratu’ ekstasi dan Ria Irawan yang terbukti menjadi pengedar sekaligus pemakai Dan masih banyak lagi.

Di luar negeri, seleb yang doyan pake narkoba juga bejibun. Mulai dari para personel The Beatles atau Guns N Roses sampe yang tewas lantaran over dosis seperti dialami oleh Brian Jones dari Rolling Stone atau gitarist legendaris, Jimmy Hendrix dan pentolan Nirvana, Curt Cobain. Bahkan putri Ozzy Osborena mengatakan “Saya ingin semua orang tahu bahwa jika kalian pikir wanita-wanita pirang (selebritis) itu bukan pecandu narkoba, percayalah, mereka pecandu. Karena saya pernah memakai narkoba bersama mereka,” aku Kelly blak-blakan seperti detikhot lansir dari Contact Music, Kamis (11/8/2005). Tuh kan!

Kenapa seleb pake narkoba?

Secara mental ternyata nggak sedikit selebriti yang belon siap dengan popularitasnya kemudian pake narkoba sebagai pelariannya. Terutama kesiapannya dalam menghadapi beban-beban psikologi yang menjadi konsekuensi profesinya. Di antaranya:

Pertama, toleransi antar teman. Berdasarkan penuturan selebriti yang udah sembuh dari kecanduan narkoba kebanyakan mengaku dirinya dulu mengonsumsi barang haram itu lantaran bujukan teman. Banyak di antara mereka yang terang-terangan menolak menggunakan bubuk atau pil setan itu, karena sadar benar akan akibatnya. Tetapi mereka yang ‘hard to say no’ dengan bujukan teman, akhirnya terperangkap dalam fatamorgana (Suara Merdeka, 03/08/05).

Kedua, untuk menggenjot kreativitas demi memenuhi permintaan fans. “...ketika baru memakai, kami merasa menjadi sangat hebat karena dalam sehari bisa menciptakan puluhan lagu. Kami merasa sangat luar biasa berkat narkoba. Tanpa kami sadari, hidup kami sedikit demi sedikit dihancurkan oleh barang haram itu,” ungkap Bimbim ‘Slank’. (idem)

Ketiga, kurang pede menghadapi tuntutan fans. “Semula aku pakai biar lebih pede aja ketika nyanyi di atas panggung. Kebayang nggak sih, nyanyi di depan ribuan orang yang mengelu-elukan kita. Kadang tiba-tiba kita merasa menjadi sangat takut dan kecil. Ketika memakai narkoba, aku menjadi lebih santai dan nggak peduli dengan jumlah penonton yang membludak. Penampilanku menjadi lebih baik di atas panggung. Tapi hidupku hancur,” kenang Ari Lasso mantan vokalis Dewa 19. (idem)

Sobat, secara umum sepertinya beban psikologi terberat yang dihadapi setiap selebriti adalah perasaan takut kehilangan ketenaran yang menjadi sumber penghasilannya. Sehingga mereka merasa harus selalu tampil sempurna di hadapan para pemujanya. Kondisi ini yang dikeluhkan Candil ‘Seurius’ dalam penggalan lirik ‘rocker juga manusia’: ‘...Mungkin orang menyangka ku tak pernah terluka/Tegar bagaikan karang, tabu cucurkan air mata/Kadang kurasa lelah harus tampil sempurna...’

Padahal, seleb juga manusia. Punya rasa punya hati alias punya keterbatasan. Nggak ada yang sempurna. Kalo nggak bisa terima keadaan ini, bisa berabe urusannya. Belum lagi ‘secuil’ iman yang masih nempel di hati juga jarang dirawat. Apalagi di-update. Walhasil, mudah termakan oleh mitos narkoba sebagai ramuan mujarab untuk meningkatkan percaya diri dan menghadirkan kemampuan yang tersembunyi. Kenyataannya, cuma fatamorgana. Ngerasa jadi hebat padahal mah lagi sekarat. Kacian deh situ!

Bagian dari gaya hidup seleb

Sobat, sepertinya penderitaan menjadi budak narkoba yang dituturkan Bimbim dan Kaka Slank, atau Ari Lasso gak ngefek ama seleb yang laen. Ada aja yang nekat tetep make. Kita jadi mikir, mungkinkah narkoba sudah menjadi bagian dari gaya hidup dunia selebriti? Hmm... ada baiknya kita liat dulu. Yuk?

Kalo kita amati, ternyata proses terjadinya penggunaan narkoba itu sederhana banget. Asalkan ada peluang alias kesempatan, ada yang nyediain, dan ada duit, narkoba dengan mudah merajalela. Parahnya, tiga faktor ini semuanya akrab dalam kehidupan seleb. Masa’ sih?

Pertama, adanya peluang dan kesempatan. Sudah umum diketahui kalo kehidupan seleb deket dengan kegiatan pesta pora semisal clubbing atau dugem. Padahal tempat itu jadi lahan subur bagi para bandar buat mencari mangsa baru. Dengan penawaran masa promosi dan MLM alias Marketing Lewat Mulut, pengunjung yang penasaran bisa mencobanya secara gratis. Apalagi situasi pesta yang hingar-bingar bin hura-hura bikin orang gampang terlena untuk pake narkoba. Udah deh, kalo nggak kuat iman, bisa-bisa dapet door prize yang bertuliskan: “Selamat anda memenangkan paket “PUTAUW HOLIDAY”. Anda akan terbang dengan “INEX AIRLINES” menembus awan “SABU-SABU” menuju “LONG ISLAND” dan bermalam di “POLDA!” huehehe...

Kedua, ada yang nyediain. Saat ini, jaringan pengedaran narkoba udah ada di mana-mana. Nggak harus ke dikotek atau club malam, kalo udah kejerat, info keberadaan ‘BD’ alias bandar gampang dicari. Bisa janjian di sekolah, stasiun, terminal bis, mal, pasar, atau tempat-tempat umum lainnya. Malah sang bandar bisa sampe ngejar-ngejar pemakai yang insyaf biar tetep jadi pelanggannya.

Seperti penuturan bintang sinetron Novia Ardhana yang telah insyaf dan kini aktif di LSM Granat alias Gerakan Anti Madat. “...mereka pasti akan melakukan segala cara agar kita kembali dan menggunakan narkoba lagi. Saya sempat merasa ketakutan setiap kali teman-teman dulu yang sama-sama menggunakan narkoba mencari ke rumah. Tapi akhirnya mereka jera dan saya benar-benar terbebas dari narkoba,” ujar ibu satu anak itu. (Suara Merdeka, 03/08/05)

Ketiga, ada duit. Banyaknya uang dan materi yang dimiliki selebriti dengan mudah memancingnya mencicipi gaya hidup hedonis. Kehidupan yang memuja kenikmatan jasadi ini sangat akrab dengan narkoba. Lantaran narkoba pada waktu pertama penggunaannya, akan membuat pemakainya sangat euphor, senang dan bahagia sekali. Meski kelanjutannya timbul ketagihan, kecanduan atau adiksi. Tapi apa peduli mereka ketika hawa nafsu dan duit udah bicara, mereka tetep ngotot mengejar kenikmatan sesaat sebelum akhirnya kualat dan sekarat. Waduh!

Nah sobat, keliatan kan kalo gaya hidup seleb yang cenderung bebas dekat sekali dengan narkoba. Meski nggak semua seleb pake narkoba, namun kehidupan sekuler yang mereka geluti bisa menjadi bom waktu yang dengan mudah akan menghanyutkannya dalam dunia maksiat demi merengkuh kenikmatan sesaat yang bikin sekarat. Gaswat!

Yang lebih gawat lagi, media sering kali nggak nyadar kalo keakraban seleb dan narkoba yang mendominasi pemberitaan media sama saja dengan mensosialisasikan citra narkoba dan gaya hidup modern. Padahal selebriti adalah orang yang paling banyak diidolakan. Bagi penggemarnya, idola nggak cukup sebatas sosok yang dikagumi aja. Biar lebih afdol dan trendi, perlu sampe nyontek dandanannya, cara berbicara, sampe gaya hidupnya. Begitukah?

Kalo infomasi yang disajikan kepada pemirsa—terutama remaja—nggak seimbang dengan dampak buruk narkoba dan ketegasan hukuman dari pemerintah terhadap pemakai maupun pengedar narkoba, malah bisa bikin penasaran. Berabe banget kan?

Say no to Capitalism-Secularism

Sobat muda muslim, bahaya narkoba emang udah jadi masalah kita bersama. Nggak cuma bagi kalangan selebritis. Kalo kita cuek, lambat laun kita juga yang bakal ngerasain akibatnya. Nggak cuma si bandar atau pemakainya aja. Kalo kita peduli, selain pahala dari Allah Swt., kita juga bakal dapet bekal tambahan buat mewaspadai dan menghindari jebakan-jebakan yang bisa menjerumuskan kita dan orang-orang yang kita sayangi.

Salah satu cara untuk membatasi penggunaan nakoba adalah memutus mata rantai peredarannya dengan menghancurkan pabriknya terus disegel alias ditutup. Kalo perlu, peralatannya dihancurin biar nggak dicontek atau dipake lagi ama orang laen. Dalam hal ini, negara paling bisa diandelin. Tapi dengan catatan, nggak boleh tanggung-tanggung ngeberantasnya. Jangan kayak yang udah-udah, yang digerebek cuma sampe para pelaku dan bandar kelas teri jengki. Sementara bandar-bandar kelas kakapnya yang dapet perlindungan oknum aparat enak aja lenggak-lenggok menjajakan barang dagangannya.

Nah, biar negara bisa diandelin kita wajib nyadar kalo benih-benih kehancuran masyarakat kita masih mungkin terjadi selama aturan Islam dijauhkan dari kehidupan. Sengsaranya hidup di bawah naungan sekulerisme dengan mudah mendorong orang untuk pake narkoba sebagai pelarian. Keuntungan dari bisnis narkoba yang menggiurkan bikin air liur para peracik, bandar, pengedar, sampe kurir tak mau berhenti menetes. Meski udah sering keluar masuk bui. Euleuh-euleuh teu kapok-kapok nya?

Ya, kalo mau pada kapok harusnya pemerintah jangan tetep ngotot pake aturan sekulerisme-kapitalisme dong. Buang jauh-jauh tuh aturan hidup buatan manusia yang belumuran hawa nafsu itu ke dalam recycle bin alias tempat sampah. Bakar, abunya dikumpulin, terus buang deh ke laut. Sebagai gantinya, pake aturan Islam yang udah pasti mujarab untuk ngatasin setiap persoalan hidup kita.

Khusus untuk kasus narkoba, sistem sanksi dalam Islam mengelompokkannya dalam perbuatan-perbuatan yang membahayakan akal. Sebagai hukumannya, di antaranya, : “Setiap orang yang menjual, membeli, meracik, mengedarkan, atau menyimpan nakotika, maka ia akan dikenakan sanksi jilid (cambuk) dan dipenjara selama 5 tahun, ditambah dengan denda yang nilainya ringan” (Sistem Sanksi dalam Islam, Hlm 294)

Penerapan syariat Islam oleh negara juga akan meminimalisasi dorongan orang untuk pake narkoba sebagai pelarian dari persoalan hidupnya yang tengah dihadapi. Lantaran individu masyarakat nggak sendiri ngadepin setiap masalah hidupnya, negara punya tanggung jawab besar untuk membantunya sampe masalahnya kelar.

Itu sebabnya, masuk akal dong kalo kita sama-sama mengkampanyekan penerapan syariat Islam sebagai undang-undang negara. Biar masalah nakoba maupun masalah laen yang diakibatkan negara salah urus rakyatnya tak lagi membuat hidup kita sengsara. So, nggak cuma say no to drugs, tapi juga say no to capitalism-secularism. Oke?

http://www.dudung.net/

[+/-] Show Full Post...

Rabu, 17 Juni 2009

Macam- macam narkoba

MACAM-MACAM NARKOBA

Ectasy, Inex, Blackheart

Inex, Ecstasy, Blackheart :
Kancing, I, inex.Alladin, electric, gober, butterfly, dll.Cara pakai: Berbentuk pil/kapsul.Dikunyah, dikulum, ditelan dengan air mineral. Harganya sangat mahal sehingga hanya dipakai kelas menengah keatas, executive dll.

Habis pakai: rasanya gembira terus, maunya tertawa, hal2 yg tidak lucu saja membuat tertawa, energetik.Energik, mata sayu, muka pucat, berkeringat banyak, tidak bisa diam/over acting,tidak bisa tidur

Sakauw : rasanya gelisah dan tidak bergairah dan tidak energetik sehingga ingin mengkonsumsi lagi.

Akibat : Kalau dipakai terus menerus juga merusak organ2 tubuh dan juga merusak otak dan syaraf.Syaraf otak rusak, dehidrasi, liver rusak & berfungsi tdiak baik, tulang gigi keropos, jet lag, syaraf mata rusak, paras selalu ketakutan.

Heroin & Opium

Heroin & Opium : sangat mahal, harganya jutaan, jarang dipakai remaja. Sakauw, Habis pakai dan akibatnya sama dengan Putauw. Sakauw : Depresi berat, Rasa lelah berlebihan, Banyak tidur, Mimpi bertambah, Gugup, Ansietas/rasa gelisah, Perasaan curiga.Denyut jantung cepat, Gelisah, Euforia atau rasa gembira berlebihan, Rasa harga diri meningkat, Banyak bicara, Kewaspadaan meningkat, kejang-kejang, Pupil mata melebar, Tekanan darah meningkat, Berkeringat atau rasa dingin, Mual / muntah, Mudah berkelahi dan cepat tersinggung, Gangguan kejiwaan, subarachnoid/otak, Thromboemboli/penyumbatan pembuluh darah, Nystagmus, horisontal/mata bergerak tak terkendali, Distonia (kekakuan) otot leher.Aritmia jantung/gangguan irama jantung, Luka sampai sekat rongga hidung, Hilang nafsu makan, Anemia, berat badan turun

Intisari : Heroin alias heroisch diambil dari bahasa Jerman (hero). Tahun 70-an heroin menyerbu generasi muda dalam bentuk morfin. Heroin dihasilkan dari getah buah candu. Sekarang, generasi muda kembali diserbu godaan heroin, yang dalam pergaulan dikenal sebagai putauw. Bedanya putauw dihasilkan dari kristalisasi bahan-bahan kimia sintetis, bukan dari getah buah candu. Efeknya lebih dahsyat dan harganya lebih murah. Hal ini juga merupakan godaan berat yang nggak jarang mendorong remaja untuk coba-coba. Nggak ada pemakai yang bisa menghentikan sakauw kecuali dengan mengkonsumsi putau lebih banyak lagi. Begitu terus-menerus hingga pemakai tak punya pilihan lain dan tubuhnya tak mampu menerima lagi. Ketergantungan putauw jelas mimpi buruk. Seseorang bisa melakukan hal-hal nekat jika sakau menyerang. Dengan putauw kamu bisa gembira seketika. Tapi seiring waktu, tubuh terus mentuntut dosis yang lebih banyak. Apa risikonya? Kematian yang mengenaskan menugggu di depan mata. Kandungan aktif heroin : 20 persen, Heroin Hydrichloride: 20 persen, Monoacetyl Morphine: 35 persen, The baine: 15 persen, Papaverine: 10 persen, Noscapine: 5 persen

Shabu-shabu

Shabu-shabu : Ubas, ss mecin. Gold river, coconut, crystal. shabu2 ini yang sangat mudah didapat dan sangat mudah cara mengkonsumsinya; kelihatannya shabu2 ini memang sengaja disiapkan oleh Kekuatan asing dan Mafia internasional untuk merusak generasi penerus bangsa, bubuk shabu2 yang berbentuk kristal ini sangat mudah didapat dan sangat mudah juga dipakainya, dan pemakainya tidak pernah sakauw atau merasa kesakitan kalau lagi nagih, tetapi bubuk kristal ini sangat jahat karena langsung merusak otak terutama otak yang mengendalikan pernafasan, suatu saat pecandu akan mengeluh sakit asma(sesak nafas) dan lama2 kalau tetap memakai shabu2 akan meninggal begitu saja karena kehabisan nafas, karena syaraf otak yang mengendalikan pernafasan sudah tidak berfungsi, dan tidak ada lagi instruksi untuk bernafas. Setiap hari ada berapa remaja yang meninggal hanya karena keluhan sesak nafas(asma). Cara memakai Kristal ini dibakar lalu dihisap dengan alat khusus yang disebut Bong tetapi anak2 pandai sekali bisa membuat dengan botol apa saja. Dihisap dengan mediator air. Tetapi yang pecancu tidak tahu, didalam tubuh kristal ini mengkristal kembali, sehingga paru2nya bisa berubah menjadi batu mengeras sehingga umumnya keluhan pemakai shabu-shabu adalah sesak nafas. Harga Shabu-bhabu 1 gr - Rp. 200.000,- Jenis Blue Sky yang mahal 1 gr. Rp. 500.000,- 1 gr. bisa untuk 8 orang. Biasanya dipakai 2 kali per minggu. Kristal ini paling banyak digemari karena tidak ada sakauwnya, kalau lagi nagih hanya gelisah, tidak bisa berpikir dan bekerja.

Sakauw Shabu-shabu : Gelisah, tidak bisa berpikir, tidak bisa bekerja.Tidak bisa tenang, cepat capai, mudah marah, tidak bisa beraktivitas dengan baik, tidak ada semangat, Depresi berat, Rasa lelah berlebihan, Gangguan tidur, Mimpi bertambah

Habis pakai shabu-shabu: Mata bendul ada garis hitam, Badan terasa panas terbakar, sehingga minum terus menerus, dan ke-mana2 selalu membawa botol aqua. Kuat tidak makan dan tidak tidur sampai ber-hari2, ngomong terus tapi suaranya jelas.Bersemangat, gariah seks meningkat, paranoid, tidak bisa diam/tenang, selalu ingin menambah terus, tidak bisa makan, tidak bisa tidur

Pernah dicoba betapa ganasnya kristal ini, ambil daging mentah dan taruh kristal ini diatasnya dan kristal ini bisa menembus masuk kedalam daging ini, bayangkan kristal seperti ini dimasukkan kedalam tubuh.

Akibat : Merusak organ2 tubuh terutama otak, dan syaraf yang mengatur pernafasan. Banyak yang mati karena sesak nafas, dan tiba2 berhenti bernafas karena syaraf yang mengendalikan pernafasan sudah rusak dan tidak ada lagi instruksi untuk bernafas, sehingga nafasnya putus/berhenti, dan mati.Paranoid, otak suah dipakai berpikir dan konsentrasi, jet lag dan tidak mau makan.Rasa gembira / euforia, Rasa harga diri meningkat, Banyak bicara, Kewaspadaan meningkat, denyut jantung cepat, Pupil mata melebar, Tekanan darah meningkat, berkeringat/rasa dingin, Mual/muntah, (Dalam waktu 1 jam setelah pemakai gelisah),Delirium/kesadaran berubah (pemakai baru, lama, dosis tinggi), Perasaan dikejar-kejar, Perasaan dibicarakan orang, Agresif dan sifat bermusuhan, Rasa gelisah, Tak bisa diam, (Dalam waktu 24 jam).Gangguan irama detak jantung, Perdarahan otak, Hiperpireksia atau syok pada pembuluh darah jantung yang berakibat meninggal

Intisari : Tahun 1990-an, Indonesia diserbu obat-obatan berbahan dasar amphetamine seperti ekstasi dan shabu. Dalam dunia kedokteran, amphetamine dipakai sebagai obat perangsang. Salah satunya ntuk mengatasi depresi ringan. Oleh umum, ekstasi yang berbahan dasar MDMA (Methylenedioxymethamphetamine) dan shabu dipakai untuk memperoleh rasa gembira dan tidak mengenal lelah. Dan untuk mempertahankan kondisi ini, pemakai akan menambah dosis hingga tanpa disadari sudah melampau batas. Bahayanya, nggak ada yang bisa memastikan apa sisa kandungan obat-obatan tersebut selain amphetamine. Begitu pula risiko atau efek samping apa yang bakal menghadang. Ekstasi dan shabu merangsang sistem saraf pusat (otak) hingga pemakainya tampak tak kehabisan enerji. Jika sedang "on" memang akan terasa enak tapi sesudahnya badan akan terasa letih, depresi berat, lesu, dan yang paling parah ingin mencelakakan diri sendiri dan bunuh diri. Gejala fisik lainnya, pupil akan melebar, tekananan darah meninggi, berkeringat tapi merasa kedinginan, mual atau muntah, dan kesadaran menurun. Sementara ada anggapan shabu bisa mengehntikan kecanduan taerhadap putauw (heroin). Tapi sejauh ini kebenarannya sangat diragukan. Kandungan aktif: 100 persen.

Putauw

Putauw : Banana, snow white, bubuk putih ini adalah jenis heroin yg paling rendah, mudah didapat dan banyak dipakai remaja. Harganya relatif murah Paket Hemat : Rp. 25.000,-Karena banyak remaja yang terperangkap sebagai pecandu hanya karena diajak teman2nya untuk menghisap dengan hidung rame2. Padahal sesudah memakai cara dihisap terus menerus, Hidung berdarah, Hidung ingusan terus menerus, Pilek terus menerus, sehingga akhirnya remaja/pemakai berganti dengan cara suntik. Cara ini sangat berbahaya, karena bisa terjadi keracunan waktu darah dikeluarkan dan dikocok2 dijarum suntik dicampur putauw, bisa emboli, kemasukan udara dan menyumbat jantung dan jantung tersumbat dan berhenti berdetak, sehingga banyak sekali pecandu suntik putauw ditemukan mati dengan suntikan masih menempel ditangannya. Putauw ini juga jahat sekali karena kebutuhan tubuh 2 kali kelipatan, misalnya mula2 pakai 1 titik, lama2 2 titik, 4, 16, dst sampai mencapai jumlah yang sangat tinggi dan biasanya pecandu mati karena overdosis. Karena bentuknya bubuk putih, sehingga banyak sekali yang dipalsukan, kadang2 dicampur urea, bedak, tepung, obat yang ditumbuk dll. Sehingga banyak sekali penderita Putauw yang keracunan dan mati, badan menggelepar2, kejang2 dan mulut mengeluarkan busa busa.

Sakauw Putau : Gelisah, Keringat dingin, Menggigil, tulang2 rasanya mau patah, ngilu semua, mual-mual, mata berair, hidung berair, perut sakit, tulang-tulang serasa ngilu, keringat keluar tak wajar. Bila udara dingin sedikit dia akan merasa sangat kedinginan, Keluar air mata, pupil mata membesar , Keluar ingus, Kelebihan keringat, Diare, Merinding, menguap terus- menerus, Tekanan darah naik, Jantung deg-degan, Demam, panas dingin, Nggak bisa tidur (insomnia), Otot dan tulang nyeri, sakit kepala, Persendian ngilu, Gelisah, Marah-marah, dan gampang terpancing untuk berkelahi

Habis Pakai Putauw : Ngelamun, berkhayal,malas ngapa2in, halusinasi, merasa ada orang yg mau menyerangnya, membunuhnya dll. Mata sayu, muka pucat, tidak ada konsentrasi, hidung gatal, mual-mual(bagi pemula), mengantuk, bicara tidak jelas, pendiam, over dosis kalau pakai terlalu banyak.

Akibat : Organ2 tubuh rusak, terutama levernya mengeras, ginjal juga rusak, bisa se-waktu2 mati karena keracunan dan overdosis. Nafsu makan kurang, susah untuk berpikir, susah untuk konsentrasi, menjadi pemarah, hepatitis … penyuntikPupil mata mengecil atau melebar akibat kekurangan oksigen (anoksia), Gembira nggak ketulungan (euforia), sedih banget (disforia), Cuek (apatis), Badanlemas, malas bergerak, ngantuk, Ngomong cadel, Nggak konsentrasi, Nggak perhatian, Lemot (lemah otak) alias daya ingat lemah, Nggak bisa membedakan realitas dengan khayalan Impotensi pada cowok, Gangguan haid pada cewek, Gangguan perut, Nafsu makan berkurang (kurus), Hepatitis / radang hati,HIV/AIDS (pemakai suntikan dengan jarum tak steril)

Intisari : Putauw adalah derivat dari Heroin alias heroisch diambil dari bahasa Jerman (hero). Tahun 70-an heroin menyerbu generasi muda dalam bentuk morfin. Heroin dihasilkan dari getah buah candu. Sekarang, generasi muda kembali diserbu godaan heroin, yang dalam pergaulan dikenal sebagai putauw. Bedanya putauw dihasilkan dari kristalisasi bahan-bahan kimia sintetis, bukan dari getah buah candu. Efeknya lebih dahsyat dan harganya lebih murah. Hal ini juga merupakan godaan berat yang nggak jarang mendorong remaja untuk coba-coba. Nggak ada pemakai yang bisa menghentikan sakauw kecuali dengan mengkonsumsi putau lebih banyak lagi. Begitu terus-menerus hingga pemakai tak punya pilihan lain dan tubuhnya tak mampu menerima lagi. Ketergantungan putauw jelas mimpi buruk. Seseorang bisa melakukan hal-hal nekat jika sakau menyerang. Dengan putauw kamu bisa gembira seketika. Tapi seiring waktu, tubuh terus mentuntut dosis yang lebih banyak. Apa risikonya? Kematian yang mengenaskan menugggu di depan mata. Kandungan aktif heroin : 20 persen, Heroin Hydrichloride: 20 persen, Monoacetyl Morphine: 35 persen, The baine: 15 persen, Papaverine: 10 persen, Noscapine: 5 persen

Ganja/Cimeng

Ganja/cimeng : Berbentuk daun-daun kering yang sudah dirajang kering dan ditempatkan (biasanya) dalam sebuah amplop kecil berukuran 25 X 15 cm.Dilinting seperti rokok dan dihisap, dimakan. Banyak dikonsumsi masyarakat, dari remaja sampai rakyat biasa. Mudah didapat dan cara pemakaiannya seperti merokok biasa. Harganya sangat murah : Rp. 10.000,- jadi 4 batang rokok.

Habis Pakai: Kantung mata membengkak dan merah, bengong, pendengaran berkurang, susah berfikir/konsemtrasi, perasan menjadi gembira, selalu tertawa tanpa, sebab, pandangan kabur, ingin tidur terus, nafsu makan besar.

Sakauw : Banyak berkeringat, Gelisah, Gemetaran, Nggak aa selera makan, Mual/muntah, Diare terus menerus, Nggak bisa tidur (insomnia), Ketakutan berlebihan yang nggak beralasan (paranoid), Tingkah laku aneh, melamun, tertawa sendiri.

Akibat : Perasaan tidak tenang, tidak bergairah, cepat marah/sensitif.Jantung berdebar, Euforia (merasa sangat gembira tanpa sebab), Halusinasi dan delusi, Waktu terasa berjalan sangat lambat, Apatis, cuek terhadap diri dan lingungannya, nggak ada kemauan, Mata merah, Nafsu makan nambah, Mulut kering, Kelakuan jadi aneh, cemas, taku yang berlebihan, curiga berlebihan atau paranoid, kehilangan minat beraktivitas, malas belajar, malas bekerja, ditinggalkan kawan.Bronkitis/infeksi paru, Imunitas berkurang, Kemampuan membaca terganggu, Ketrampilan bicara terganggu, Motivasi berkurang, Rasa ingin bersaing berkurang.

Intisari: Mengandung zat THC (Tetra Hydro Cannabinol) yaitu zat psikoaktif yang berefek halusinasi. Nama lain Mariyuana, Indian Hemp, Rumput, Barang, Gelek, Daun, Hijau, Bang, bunga, Ikat, Labang, cimeng. Akibat penggunaan ganja dalam waktu lama bakal terkena kecanduan yang cukup parah. Kebutuhan narkotika yang tidak terpenuhi akan menimbulkan rasa sakit nagih atau sakau. Selain itu ganja dapat memicu gangguan psikologis berupa kegilaan yang dinamakan skizofrenia. Baik skizofrenia maupun sakau karena nagih ganja sama-sama memiliki gejala awal yang disebut delusi. Delusi di sini ditandai dengan keyakinan yang berlebih bahwa dirinya merupakan perwujudan dari apa saja. Kebanyakan berupa perwujudan benda. Misalnya, ia merasa dirinya adalah patung, ember, sampah, dan lain sebagainya. Aktivitasnya bisa jadi berdiri membisu selama berjam-jam menghadap tembok, menyilet-nyilet tubuh sendiri, membentur-benturkan kepala, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemakaian ganja sampai ke tingkat kecanduan di mana terjadi kekacauan fungsi berpikir, berperasaan, dan berperilaku sama saja dengan menalamai gangguan psikologis. Gangguan ini, karena gejalanya sama, bisa mencetuskan skizofrenia atau kegilaan di kalangan orang yang jiwanya labil dan mudah goyah (memiliki faktor predisposisi seperti misalnya kepribadian skizoid). Survey yang pernah ada menyebutkan bahwa umumnya, para penderita skizofrenia sebelumnya sebelumnya adalah pemakai ganja. Akibat lebih jauh, pengguna ganja akan mengalami koma. Kandungan aktif: 100 persen Cannabinoids.

Pil Koplo

Macam2 pil Koplo : B.K, Lezotan, Magadon, Nipam,dll, pil2 ini sudah beredar sampai desa2 terpencil diseluruh Indonesia. Paling banyak dikonsumsi baik anak2 usia SD, SMP, SMU, Mahasiswa dan juga rakyat golongan menengah kebawah. Harganya sangat murah, 1 strip (10 biji) harganya Rp. 10.000,-, sangat mudah didapat, tetapi pil ini sangat ganas karena membuat orang menderita ketergantungan terus menerus, beringas, maunya berkelahi, Szisoprenia (gila), halusinasi, sehingga nantinya generasi penerus banyak yang menderita gila. Dan pil2 ini sangat mengancam kehidupan masyarakat.

Sakauw Pil2 Koplo : Gelisah, Emosional, Mata Merah, Uring2an, Keringat Dingin, badan sakit semua.

Habis Pakai Pil2 Koplo : Ngomong terus, tapi suara tidak jelas seperti orang mabuk, menjadi berani, cepat marah, beringas dan maunya ngajak ribut dan berantem saja.

Akibat : Organ2 tubuh rusak, terutama otak, dan syaraf. Ketergantungan terus menerus, halusinasi, gila, beringas, emosional, suka berantem dan bikin onar, bikin ribut, karena beringas bisa membunuh orang dengan kepala dingin tanpa sadar, sesudah sadar kita sudah dipenjara.

Jadi kecenderungannya adalah merusak, karena berani kepada orang tua, guru, aparat kepolisian, dan maunya mengajak ribut, bisa menyebabkan perkelahian antar pelajar, antar kelurahan, antar desa dst.

Waktu demo2 peristiwa Semanggi dan pada setiap demo2 mahasiswa, kenapa kita melihat mahasiswa kelakuannya seperti binatang, berani, beringas dan mengamuk membabi buta dan melawan polisi dan tentara seperti orang2 yang tidak terpelajar. Karena ada cerita mahasiswa2 ini selalu diberi pil2 koplo oleh penggeraknya dan pil2 untuk kuda dan mahasiswa2 ini tidak tahu karena disebutnya adalah vitamin2 supaya badannya fit.

Pil2 ini dijadikan alat oleh kekuatan asing yang mau menghancurkan Indonesia. Rakyat berani kepada aparat, sehingga tidak ada hukum, pelajar2 tawuran, perkelahian antar desa, desa2 dibakar, rakyat menjadi pengungsi semua hidup ditenda tenda, nantinya seperti negara2 Afrika, mula2 generasi mudanya dihancurkan dengan narkoba mereka2 dijadikan the killing machine, kemudian perkelahian antar suku, antar agama, dan pembantaian sesama rakyat yang dimulai oleh remaja. Sekarang banyak negara2 di Afrika yang hancur dan rakyatnya miskin dan hidup ditenda-tenda sebagai pengungsi, karena rumahnya dibakar pada perkelahian2 antar suku, ras & agama, terpaksa meninggalkan kampung halamannya.

take from :

http://infonarkoba.blogspot.com/

[+/-] Show Full Post...

Senin, 15 Juni 2009

logo

[+/-] Show Full Post...

Jumat, 12 Juni 2009

say no to drugs

[+/-] Show Full Post...